Ausathuha – Ziarah Kubur merupakan salah satu sarana bagi umat muslim untuk selalu beriman dan mengingat kematian serta percaya dengan akhirat.
Selain itu Ziarah kubur termasuk amalan sunah yang sering dianjurkan dalam islam nih, seperti ziarah ke makam orang tua (apa bila sudah tiada) kerabat, serta ulama-ulama terdahulu.
Meski begitu dari beberapa praktik pelaksanaan ini bisa tercampur dengan bidah, dan juga syirik akbar, apa itu? berikut ini penjelasannya.
Macam-Macam Ziarah Kubur
Ziarah Kubur ini dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni yang disyariatkan, bidah, dan juga syirik, dimana dalam masing-masing jenis tersebut sudah dijelaskan oleh beberapa ulama.
1. Ziara Kubur Yang Disyariatkan
Ziarah kubur yang disyariatkan adalah jika diniatkan untuk mengingat kematian serta percaya atau merenungkan dunia akhirat.
Hal tersebut sebagaimana telah dijelaskan atau diriwayatkan dari sahabat Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ، فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ، فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الآخِرَةَ
“Saya pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi makam ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat mengingatkan akhirat.” (HR. Tirmidzi no. 1054, dinilai sahih oleh Al-Albani).
Selain itu sarana ini juga telah disyariatkan untuk selalu mengucapkan salam kepada alih kubur, sebagai mana telah dijelaskan oleh sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu keluar menuju pemakaman, kemudian mengatakan.
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“ASSALAAMU ‘ALAIKUM DAARA QAUMIN MUKMINIIN, WA INNAA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN” (Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian wahai penghuni kampung kaum mukminin. Sesungguhnya insya Allah kami akan menyusul kalian)” (HR. Abu Dawud no. 3237, An-Nasa’i no. 150, dan Ibnu Majah no. 4306, dinilai sahih oleh Al-Albani).
Selain itu Ziarah kubur ini juga telah disyariatkan disaat seseorang tidak perlu melakukan safar atau perjalanan jauh, yakni demi berziarah kubur.
Hal tersebut juga telah dijelaskan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“Tidaklah boleh mengadakan perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha” (HR. Bukhari no. 1189 dan Muslim no. 1397).
Perbuatan tersebut bertujuan agar tertutupnya jalan keeburukan untuk kaum muslimin tidak menguituskan, mengeramatkan atau mengistimewakan tempat-tempat tertentu.
Untuk mengikuti syariat Ziarah Kubur kita juga telah dianjurkan untuk tidak melakukan ucapan kotor atau yang dilarang oleh syariat. Hal ini juga telah diriwayatkan oleh sahabat Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ، فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَزُورَ فَلْيَزُرْ، وَلَا تَقُولُوا هُجْرًا
“Dan aku juga pernah melarang kalian berziarah kubur. Barangsiapa yang ingin berziarah, maka berziarahlah dan jangan mengucapkan kata-kata kotor” (HR. An-Nasa’i no. 2033, dinilai sahih oleh Al-Albani).
2. Ziarah Kubur Yang Bidah
Dalam Jenis Ziarah kubur yang bidah, ini apabila seseorang meniatkan berziarah ke makam dengan tujuan berdoa kepada Allah.
Namun mereka meyakini berdoa di sisi makam orang tertentu (makam keramat) akan lebih besar kemungkinan dikabulkan, maka itu termasuk Ziarah yang Bidah.
Nah, keyakinan-keyakinan yang sejenis ini, tidak memilik dalil dari syariat yang telah di ajarakan. Disebutkan dalam riwayat Ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amal tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Riwayat lain juga menyebutkan
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) ini yang bukan dari kami, maka amal tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Kemudian sahabat Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelasakan
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Hendaklah kalian berpegang dengan sunahku, sunah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan agama), sebab setiap perkara yang baru adalah bidah dan setaip bidah adalah sesat” (HR. Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 42, dinilai sahih oleh Al-Albani).
3. Ziarah Kubur Yang Syirik
Ziarah kubur juga bisa menjadi kesyirikan apabila peziarah berdoa dan meminta langsung kepada penghuni kubur, bukan kepada Allah SWT.
Hal tersebut juga dikatakan termasuk dalam syirik akbar, dimana bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, dalam masalah ini juga terdapat banyak dalil, diantaranya firman Allah SWT.
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung” (QS. Al-Mu’minuun: 117).
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yunus: 106-107).
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisa’: 48).
Demikian penjalasan tentang macam-macam ziarah kubur menurut syariatnya, semoga bermanfaat, dan selamat menjalanin aktivitasnya.
Discussion about this post